Gemulai wiraga dan kibasan lembut empat orang penari serimpi.
Langkahkan kaki dengan wirama lantunan gending-gending jawa. Kala jari
jemari lentik menyibak selendang dengan wirasa estetikanya, tarian yang
santun dan anggun parasnya yang cantik mempesonakan jiwa dan kain yang
membalut dengan indah. Tarian yang dibangun para leluhurku, tarian yang
dialirkan nenek moyangku, tarian kebudayaan bangsaku itulah kekagumanku
pada warisan budaya negeriku.
Tari Serimpimerupakanjenis tarian klasik dari Surakarta (Jawa
Tengah). Tarian ini ditampilkan oleh empat orang penari wanita yang
cantik dan anggun.Jumlah ini sesuai dengan arti kata serimpi yang
berarti empat. Komposisi empat penari sebagai simbol dari empat penjuru
mata angin yakni Toya (air), Grama (api), Angin(udara) dan Bumi (tanah).
Sedangkan nama peranannya adalah Batak, Gulu, Dhada dan Buncit yang
melambangkan tiang Pendopo yang berbentuk segi empat.
Nama Serimpi dikaitkan dengan akar kata “impi” atau mimpi. Gerakan
lemah gemulai tarian serimpi yang berdurasi tiga perempat hingga 1 jam
itu dianggap mampu membawa para penonton ke alam lain (alam mimpi).
Konon, munculnya tari Serimpi berawal dari masa kejayaan Kerajaan
Mataram, saat Sultan Agung memerintah antara 1613-1646. Tarian ini
dianggap sakral karena hanya dipentaskan dalam lingkungan keraton
sebagai ritual kenegaraan hingga peringatan Naik Tahta Sultan.
Tema perang dalam tarian ini sebenarnya adalah falsafah kehidupan
budaya ketimuran.Perang dalam tarian ini adalah simbolik peperangan yang
tidak pernah habis yaitu antara kejahatan dan kebaikan. Bahkan dalam
mengekspresikan gerakan tari perang, tari ini terlihat lebih jelas
karena dua pasangan prajurit melawan prajurit lain dengan gerakan yang
sama dibantu dengan perlengkapan tari yang berupa senjata. Properti tari
yang digunakan di antaranya adalah dadap dan cundrik(keris kecil).
Pakaian yang dikenakan oleh penari juga mengalami perkembangan dari
sebelumnya. Jika awalnya pakaian yang dikenakan seperti pakaian
pengantin putri Kraton dengan gelung bokor sebagai hiasan kepala dan
dodotan, saat ini kostum penari beralih menjadi pakaian tanpa lengan,
gelung dengan hiasan bunga ceplok, dan hiasan kepala bulu burung
kasuari. Karakteristik dari penari Serimpi adalah mengenakan keris kecil
yang diselipkan di bagian depan menyilang ke kiri.
Untuk diketahui, ada tiga jenis gerak dasar Tari Serimpi. Pertama,
gerak maju gawang atau gerak sikap jalan biasa dengan sikap tangan
tertentu menuju tempat pentas dengan cara berbelok kekanan dan kekiri,
kemudian diakhiri dengan sikap duduk. Kedua, pada gerak pokok, penari
menyajikan tentang tema tariannya. Kalau inti garapan tariannya adalah
berbentuk sajian perang, maka gerakan pokok yang akan ditampilkan akan
diakhiri dengan adegan perang. Ketiga, gerak mundur gawang kebalikan
dari gerak maju gawang. Gerakan ini biasanya dilakukan dengan berjalan.
Disiplin, ketekunan dan ketahanan fisik para penari, serta gaya
tarian yang lembut sekaligus dinamis menjadi ciri khas tari klasik ini.
Tidak hanya melepaskan ekspresi lewat gerak, irama dan bentuk-bentuk
yang telah memiliki patokan pasti. Para penari pun harus menghilangkan
rasa aku dan dengan total menjiwai peranan yang sedang dibawakan.
Merasakan irama (berat ringannya gending pengiring tari), pakaian tari
yang sedang dipakai dan membawa peralatan seperti dadap dan keris yang
dipakai.
Sebelum melakukan pertunjukan, empat orang penari tersebut melakukan
ritual dahulu dengan menyiapkan sesajen atau berpuasa. Karena para
penari serimpi pada saat pertunjukan seperti terbawa kealam lain, karena
dengan durasi 1 jam mereka hanya menari tanpa adanya interaksi dengan
penonton. Namun karena adanya faktor internal dan eksternal, maka tari
serimpi mengalami perubahan dari segi durasi pertunjukan dan fungsi.
Perubahan tersebut terjadi karena adanya penyesuaian kebudayaan
ditengah-tengah era globalisasi. Durasi pertunjukannya dari yang awalnya
1 jam menjadi 15 menit, fungsi tarinya bukan lagi sebagai upacara
melainkan sebagai hiburan, bisa dipertontonkan dikalangan umum, bukan
hanya di keraton saja. Perubahan durasi waktu itu juga termasuk ke dalam
tari kemasan, dimana tari kemasan tersebut merupakan hasil pengaruh
dari kebudayaan barat.
Perubahan seperti itu sah-sah saja, asalkan tidak melanggar pada
pakem yang ada. Maksudnya filosofi yang terkandung pada tari serimpi
bisa sampai kepada orang yang menontonnya walaupun durasi pertunjukan
mengalami perubahan. Dan yang masih belum berubah dari tari Serimpi
adalah bunyi gending yang dihasilkan oleh alat musik gamelan, yang
mengikuti gerakan para penari.
Zaman dahulu yang belajar tari serimpi hanya putri-putri dari keraton
saja, namun sekarang ini masyarakat umum bahkan turis pun bisa
mempelajari tari serimpi dimana saja. Berarti hal tersebut menandakan
bahwa pertumbuhan tari serimpi tidak hanya didalam lingkungan keraton
saja, tetapi sudah sampai ke masyarakat-masyarakat umum dan merupakan
salah satu perwujudan pelestarian budaya oleh masyarakat. Oleh sebab
itu, mari kita jaga dan lestarikan kebudayaan kita, salah satunya
melalui seni dan budaya.
(Ditulis oleh: Sekar Ayu Kinanti, mahasiswi Politeknik Negeri
Jakarta Program Studi Penerbitan (Jurnalistik) semester 3, di Jakarta).
Topics: Budaya
About Armada News
Armada News, menyajikan berita-berita dan informasi seputar Bogor, dikemas dengan seni panyampaian informasi dengan indah dengan kaidah-kaidah jurnalistik... salam indonesia damai.....
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
!-end>!-local>
Hukum
Budaya
Berita Populer
-
ARMADANEWS, Gunungputri - Warga Desa Kranggan, Kecamatan Gunungputri, Kabupaten Bogor digemparkan dengan penemuan mayat tanpa identitas ...
-
ARMADANEWS, Jakarta - Rapat Badan Musyawarah di Dewan Perwakilan Rakyat, Senin 3 November 2014, menyepakati pembagian mitra kerja 11 ...
-
Gemulai wiraga dan kibasan lembut empat orang penari serimpi. Langkahkan kaki dengan wirama lantunan gending-gending jawa. Kala jari jem...
-
ARMADANEWS, Bogor - Dengan memberikan uang 150 ribu rupiah, seorang kepala Desa Banyuresmi, Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor berinisia...

Time in Bogor 
Tidak ada komentar: